Plh Sekdaprov Riau: OPD Terkait Diharapkan Berinovasi Dalam Mengelola Komoditas Penyebab Deflasi
PEKANBARU - Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Riau mengalami deflasi selama 4 bulan terakhir (Juli - September 2024). Dimana deflasi Provinsi Riau menyentuh angka 0,33 persen pada bulan September 2024.
Meskipun hal ini memandakan inflasi di Provinsi Riau menurun, namun deflasi yang cukup dalam tersebut juga dapat memberikan dampak buruk bagi para produsen barang dan jasa.
Plh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Riau, Taufik OH mengungkapkan, inflasi yang berada diatas 3,5 persen dapat menyebabkan masyarakat ekonomi menengah kebawah sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sementara jika tingkat inflasi berada jauh dibawah 1,5 persen, hal tersebut dapat merugikan masyarakat produsen, sebab hasil produksi mereka akan dihargai dengan sangat rendah.
“Deflasi yang terlalu dalam juga tidak terlalu bagus. Sebab nanti yang tidak sejahtera adalah para petaninya,” ucap Taufik OH di Kantor BPS Provinsi Riau. Selasa, (1/10/2024).
Untuk diketahui, penyebab deflasi tersebut didominasi oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau. Termasuk didalamnya cabai merah, cabai rawit, jengkol, ikan serai, kentang, udang basah, diapers, telepon saluler dan bensin.
Dari 12 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Riau, terdapat 4 Kabupaten/Kota yang cukup dalam mengalami deflasi. Diantaranya Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kota Dumai, dan Tembilahan.
Plh Sekda memandang fenomena ini perlu diwaspadai dan disikapi dengan bijak. Untuk itu, pada kesempatan tersebut dirinya menghimbau kepada para Kepala OPD terkait untuk dapat mempelajari dan berinovasi dalam mengelola berbagai macam komoditas penyebab deflasi tersebut.
“Coba sebarannya dipelajari, jenis cabainya apa, dari mana asalnya dan program yang kita rancang seperti apa. Kepala-kepala OPD terkait tolong agar ini dianalisa, karena hasil data ini dapat kita manfaatkan sebagai pegangan dalam merancang program kerja ditahun 2025,” kata Taufik.
Taufik mengatakan OPD terkait perlu untuk segera menyusun rencana dan program kerja yang tepat terhadap pengelolaan komoditas yang jumlahnya terlalu banyak beredar dipasaran tersebut.
“Mungkin bisa seperti program pemanfaatan cool storage. Jadi bahan pokok yang berlebih bisa kita simpan disana, untuk menjaga stok. Karena kalau sampai bahan pokok tersebut sampai tidak ada, dan kita membutuhkannya, bakal kacau juga,” tutup Plh Sekda.
(Mediacenter Riau/wjh)