
Progres Capai 53 Persen, Tol Lingkar Pekanbaru Ditarget Rampung Maret 2026
PEKANBARU — Proyek pembangunan Jalan Tol Lingkar Pekanbaru yang digarap oleh PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI), telah menunjukkan progres pembangunan yang signifikan. Hingga saat ini, progres pembanunan fisik jalan tol tersebut telah mencapai 53 persen dan ditargetkan selesai pada Maret 2026 mendatang.
Site Cost Commercial Manager (SCCM) HKI untuk proyek Jalan Tol Lingkar Pekanbaru Anditya Surya Arif Dinata, saat pertemuan dengan awak media di Pekanbaru, Kamis, 19 Juni 2025, mengatakan tol ini merupakan bagian dari jaringan besar Jalan Tol Pekanbaru–Rengat yang juga akan tersambung dengan Tol Pekanbaru–Dumai serta Tol Pekanbaru–Bangkinang– XIII Koto Kampar.
“Tol Lingkar Pekanbaru dibangun dengan sepanjang 30,57 kilometer, lebar 3,6 meter per jalur dan memiliki dua lajur. Desain kecepatan maksimalnya mencapai 100 km/jam, serta akan dilengkapi dengan rest area Tipe A untuk mendukung kenyamanan pengguna jalan,” katanya.
Adapun tol ini akan memiliki tiga akses masuk dan keluar, yakni pintu gerbang di Rimbo Panjang, di Jalan Siak, dan Muara Fajar. Salah satu infrastruktur penting dalam ruas ini adalah jembatan utama sepanjang 97,5 meter, dengan total panjang jembatan mencapai 200 meter yang melintasi Sungai Siak.
“Tol Lingkar Pekanbaru ini akan melintasi sejumlah wilayah strategis di dua kabupaten/kota, yakni Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar,” ujarnya.
Di Pekanbaru, tol ini akan melintasi kawasan Muara Fajar, Rumbai Bukit, Agrowisata, Palas, dan Sri Meranti. Sementara di Kabupaten Kampar, ruas tol melewati Rimbo Panjang, Tarai Bangun, Kualu, dan Karya Indah.
“Kami harap kehadiran tol ini dapat memperlancar konektivitas antarwilayah serta mendukung pengembangan ekonomi kawasan sekitar, khususnya dalam mobilitas logistik dan pengembangan kawasan industri serta agrowisata yang mulai tumbuh di daerah lintasan tol,” katanya Anditya.
Sementara itu, Site Engineering Manager (SEM) HKI Redy Trispada Putra, menjelaskan bahwa proses konstruksi sangat bergantung pada pembebasan lahan yang menjadi tanggung jawab pemerintah.
“Ini menjadi salah satu tantangan yang kami hadapi saat ini,” katanya
Dengan kata lain, jelas Redy, semakin cepat lahan dibebaskan, semakin cepat pula pembangunan infrasturktur bisa bekerja di lapangan. Ia menyebut target ideal pembebasan lahan rampung pada Agustus 2025 untuk mengejar penyelesaian proyek maksimal Maret 2026.
Saat ini, status lahan tersebut beragam, ada yang masuk dalam kawasan hutan, tanah milik masyarakat, hingga area perusahaan. Salah satu zona yang cukup krusial adalah zona II di Karya Indah yang berstatus kawasan hutan.
Redy menegaskan bahwa keterlambatan pembebasan lahan akan berdampak langsung terhadap kelancaran pekerjaan konstruksi. Selain persoalan lahan, tantangan besar lainnya datang dari kondisi medan.
Jalan tol harus dibangun melintasi sungai, bukit, dan lembah, terutama di kawasan Muara Fajar.
“Di beberapa titik kami menghadapi risiko lereng longsor, untungnya kejadian itu terjadi saat proses pembangunan masih berlangsung sehingga bisa segera ditangani,” tambahnya.
Sedangkan tantangan lainnya, kata Redy, pembangunan jembatan yang melintasi Sungai Siak. Jembatan itu merupakan bagian dari jalan tol seksi Lingkar Pekanbaru. Proyek ini menjadi pengalaman pertama HKI karena jembatan ini dibangun dengan beton, sehingga perlu waktu dan proses lebih lama serta tingkat ketelitian tinggi.
(Mediacenter Riau/mlb)