Final MTQ Nasional XXX Telah Usai, Kafilah Riau Berburu Suvenir Khas Benua Etam
SAMARINDA – Setelah melewati rangkaian kompetisi yang penuh ketegangan dan tantangan di ajang Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional XXX, kafilah Riau akhirnya mendapatkan kesempatan untuk bersantai dan menikmati waktu luang mereka. Usai babak final, para anggota kafilah memutuskan untuk berburu suvenir khas Kalimantan Timur.
Daerah yang berjuluk "Benua Etam" ini dikenal dengan berbagai buah tangan otentik seperti sarung khas Samarinda, beragam kerajinan manik-manik hingga bermacam aneka amplang ikan dari Sungai Mahakam. Kafilah Riau terlihat tampak antusias memilih berbagai suvenir khas di Galeri UMKM Dekranasda Provinsi Kalimantan Timur.
Berburu oleh-oleh tersebut bukan hanya sekadar untuk berbelanja, melainkan juga untuk mengenang momen berharga selama mengikuti MTQ Nasional XXX. Seperti yang dikatakan Kafilah Riau bernama Bayu Wibisono Damanik, bahwa ini adalah waktu yang pas setelah ia menjalani babak final cabang tahfiz 20 juz putra.
“Setelah kompetisi yang cukup menegangkan, ini waktu tepat untuk bersantai dan membawa pulang sedikit kenangan dari Benua Etam,” katanya di Kota Samarinda, Minggu (15/09/2024).
Satu di antara barang yang menjadi incaran utamanya adalah sarung Samarinda, produk berbahan tenun tersebut dibuat oleh tangan asli pengrajin Kaltim. Bahan kain itu terkenal dengan kehalusannya dan berbagai motif nan indah.
“Sarung Samarinda ini sangat populer. Selain bisa dijadikan oleh-oleh, sarung ini juga mencerminkan kekayaan budaya Kalimantan Timur yang mendalam. Cocok pula untuk saya gunakan sehari-hari," jelasnya.
Belum cukup satu saja, kafilah yang berhasil juara satu pada tingkat provinsi Riau itu, terlihat tertarik pula dengan produk batik bermotif kembang kenanga. Diketahtui, corak batik ini mempunyai makna bahwa siapa pun yang memakai motif tersebut dapat memberi manfaat pada orang sekitar, seperti halnya kenanga yang harum dan memiliki banyak khasiat.
"Saya senang melihat motifnya, sampai tiga ini saya beli," ucap bayu sambil sumringah.
Sementara itu, penghafal Alquran 30 juz dari Riau, Muhammad Habibulhaq Al Hanif mengaku tertarik pada berbagai produk kerajinan khas Kalimantan Timur, seperti kopiah manik-manik Dayak yang indah dan penuh warna. Kerajinan ini terkenal karena proses pembuatannya yang rumit dan mencerminkan warisan budaya lokal.
"Peci bermanik Dayak ini unik, jadi saya ingin membawanya sebagai pemakaian pribadi dan oleh-oleh untuk keluarga di Riau,” ujarnya.
Tak hanya barang-barang kerajinan, kafilah Riau juga mencicipi kudapan khas Kalimantan Timur seperti amplang kerupuk ikan tenggiri yang gurih. Kemudian, ilat sapi jajanan lokal diproduksi dengan bahan gula aren berkualitas dari hasil bumi Kalimantan.
“Amplang dan ilat sapi ini sangat cocok dibawa pulang sebagai buah tangan, karena rasanya khas dan hanya bisa didapatkan di sini,” ungkap Hanif.
Menutup perjalanan mereka di Samarinda, kafilah Riau ini berduduk santai pada tepian Sungai Mahakam, merasa puas dan bersyukur atas pengalaman yang mereka dapatkan. Menurut Hanif, berburu suvenir ini menjadi momen refleksi atas semua kerja keras yang telah dilakukan.
"Kembali ke Riau dengan banyak cerita dan oleh-oleh dari kekayaan budaya Kalimantan Timur, dengan begitu insyaallah kedepannya kami membawa semangat baru untuk terus berkembang dan berprestasi." pungkasnya.
(Mediacenter Riau/bib)