
Peduli Terhadap Penanganan Stunting, CEO Tribun Network Puji Gubri Syamsuar
PEKANBARU - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI berkolaborasi dengan Tribun Network menggelar kegatan Sosial Movement Semesta Mencegah Stunting di Balai Serindit, Gedung Daerah Provinsi Riau, Rabu (31/5/2023).
Sosial Movement Semesta Mencegah Stunting di Provinsi Riau ditandai dengan penyerahan secara simbolis telur semesta dari kakak asuh kepada anak terdampak stunting. Kemudian Gubernur Riau Syamsuar dan CEO Tribun Network Dahlan Dahi menyerahan sertifikat kepada kakak asuh disaksikan oleh Kapolda Riau, Irjen Pol Muhammad Iqbal, Danrem 031 Wira Bima, Brigjen TNI Dany Rakca Andalasawan serta Kepala BKKBN Riau, Mardalena Wati Yulia.
CEO Tribun Network Dahlan Dahi dalam sambutanya mengapresiasi semua pihak yang selama ini sudah terlibat dalam Gerakan Semesta Mencegah Stunting. Terurama kepada Gubernur Riau Syamsuar. Sebab kata Dahlan tidak banyak gubernur yang konsen dalam menangani stunting.
"Tidak banyak Gubernur yang peduli dan konsen terhadap pencegahan stunting, sebab bicara soal stunting ini kaitnya adalah dengan anak yang usianya dibawah dua tahun, belum punya hak suara di TPS, jadi tidak menarik, tapi Gubernur Riau sangat konsen dalam mengangani stunting, ini luar biasa," kata Dahlan.
Dahlan mengajak semua pihak untuk terlibat dalam gerakan Semesta Mencegah Stunting, Cukup Dua Telur. Sebab gerakan ini adalah gerakan yang mulia karena membantu keluarga kurang mampu yang anaknya terdampak stunting agar bisa terbebas dari stunting.
"Orang-orang yang ikut dalam gerakan ini saya yakin mereka adalah orang-orang yang mulia. Kalau orang sukses itu diukur dari seberapa banyak duitnya, sedangkan orang mulia itu diukur dari seberapa banyak kontribusinya masyarakat," terangnya.
Dahlan menegaskan, penanganan terhadap anak terdampak stunting memang sangat penting untuk didukung oleh semua pihak. Sebab bicara soa stunting ternyata tidak hanya bicara soal gangguan pertumbuhan fisik anak saja, namun yang tak kalah pentingnya adalah pertumbuhan otaknya.
"Kalau lebih kecil atau pendek secara fisik sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah, tapi yang berbaahaya adalah kemampuan otaknya yang teganggu. Kalai IQnya dibawah 90, itu sudah mendekati idiot, kalau itu terjadi jangankan bisa hidup normal seperti kita, untuk menikmati hidup saja mereka sulit," katanya.
(Mediacenter Riau/sa)