
Gubri Abdul Wahid: Pengalaman di HMI Bentuk Ketangguhannya di Dunia Politik
Pekanbaru - Gubernur Riau (Gubri) Abdul Wahid beserta Istri Henny Sasmita menghadiri pelantikan pengurus Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (Badko HMI) Riau-Kepulauan Riau. Acara ini digelar pada pada Sabtu (17/5/2025) di Balai Pauh Janggi, Pekanbaru.
Dalam acara tersebut, Wahid yang juga merupakan kader HMI, mengungkapkan bahwa pengalamannya di organisasi tersebut sangat berperan penting dalam membentuk ketangguhannya ketika memasuki dunia politik.
Menurut Wahid, dinamika dan tantangan yang dihadapi selama dirinya aktif di HMI telah melatih ketahanan mental dan karakter kepemimpinan. Ia mengaku bahwa dulu lebih suka mendorong teman-temannya untuk tampil ketimbang tampil sendiri.
“Saya tidak terlalu suka tampil saat itu. Seringkali saya hanya mendorong teman-teman, meskipun kadang yang saya dorong malah tidak bertahan. Tapi itu bagian dari proses pembelajaran,” ujarnya sambil tertawa.
Ia menyebut, pengalaman dalam organisasi seperti HMI memberikan bekal penting ketika terjun ke dunia politik yang penuh tekanan dan kompleksitas. Sebab menurutnya, begitu masuk ke dunia luar, tantangannya jauh lebih berat.
"Tapi karena terbiasa dengan dinamika HMI, kita jadi lebih kokoh dan tahan banting. Itulah gunanya organisasi, membentuk ketangguhan,” kata Wahid.
Bagi Wahid, HMI adalah inkubator lahirnya pemimpin-pemimpin masa depan yang tangguh, kritis, dan siap mengabdi. Namun, ia juga mengingatkan bahwa tidak semua kader harus masuk ke dunia politik. HMI, katanya, perlu mencetak tokoh-tokoh di berbagai sektor strategis seperti ekonomi, pertanian, dan akademisi.
“Sektor-sektor ini belum banyak diisi kader HMI, padahal menyimpan potensi besar dan menyerap banyak tenaga kerja,” tegasnya.
Sebagai Gubernur, Wahid menyampaikan bahwa Pemerintah Provinsi Riau selalu terbuka terhadap kehadiran organisasi kemahasiswaan. Menurutnya, peran organisasi seperti HMI penting sebagai penyeimbang dalam sistem pemerintahan.
“Kalau pemerintah tidak dikritik, dia bisa menjadi seperti thaghut dan Firaun—berkuasa sewenang-wenang. Tapi kalau ada kritik yang dibarengi solusi, itulah kontrol sosial yang sehat,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa pembangunan tidak bisa dilakukan sepihak oleh pemerintah sebab membutuhkan masyarakat sebagai objek sekaligus subjek pembangunan. "Maka organisasi seperti HMI punya peran strategis sebagai jembatan antara rakyat dan penguasa,” katanya.
Wahid juga berharap agar HMI terus tumbuh menjadi organisasi yang adaptif terhadap zaman. Ia menekankan pentingnya pembaruan dalam sistem kaderisasi dan manajemen organisasi.
“Semoga HMI terus lahir dan tumbuh. Jangan sampai orang alergi terhadap organisasi. Tantangannya sekarang adalah bagaimana kita menata ulang kepengurusan dan pola pendidikan kader agar sesuai dengan kebutuhan zaman,” ucapnya.
Menurut Wahid, materi kaderisasi di HMI harus dikembangkan agar tidak kaku dan tertinggal. “Materi tidak harus baku dan jumud. Harus mampu menyesuaikan diri dengan era digitalisasi dan globalisasi. Dengan begitu, HMI tetap bisa hidup di hati mahasiswa dan relevan dengan tantangan masa depan,” tutupnya.
(Mediacenter Riau/ns)