
Malam Tujuh Likur, LAMR Hadirkan Tradisi Melayu
PEKANBARU - Hujan tak menyurut pengurus Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Provinsi Riau untuk melakukan prosesi tradisi orang Melayu dalam menyambut malam tujuh likur, atau sepekan menjelang berlalunya Ramadan. Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAMR, Datuk Seri H. Marjohan Yusuf tampak menyalakan lampu pelita atau colok di tengah hujan dengan diiringi selawat nabi.
Tampak pula ikut pada acara itu,Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (DPH) LAMR Datuk Seri Taufik Ikram Jamil, dan sejumlah Forkompimda, tokoh agama, tokoh masyarakat, Sementara itu, secara bersamaan sejumlah Puan LAMR tampak menyalakan kembang api.
"Suasana ini terasa semakin lengkap, sehingga hayalan kita kembali pada masa kecil lalu. Tradisi menyambut malam tujuh likur dengan lampu colok dan main kembang api kalau di kampung-kampung masih terjaga," kata Puan Dina, yang sedang bermain kembang api.
Menyalakan kembang api dan colok, adalah bagian dari serangkaian helat buka puasa bersama yang digelar LAMR Provinsi Riau, pada Rabu malam (26/3/2024), di Balai Adat, Jalan Diponegoro No.39, Pekanbaru.
Kegiatan yang menghadirkan penceramah Ketua Harian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Riau, Ustadz H. M Zulhusni Domo gelar Datuk Bagindo Sati, juga dihadiri Gubernur Riau dalam hal ini wakili Plt Kadis Kebudayaan Riau. Tampak juga sejumlah Forkompimda dalam suasana yang penuh kebersamaan dan kekhidmatan di bulan suci Ramadhan 1446 H itu.
Perhelatan ini diawali dengan pembacaan ayat suci Al Quran oleh Qori Abdul Rahman Atan, kemudian dilanjutkan elu-eluan Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (Ketum DPH) LAMR, Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil.
Dalam eluannya Datuk Seri Taufik Ikram Jamil menyampaikan bahwa buka bersama bertepatan dengan budaya Melayu, yaitu tradisi malam tujuh likur. “Dulu tradisi ini setiap rumah memasang lampu pelita, itu akan berlanjut sampai malam penghujung bulan Ramadhan hingga bilangannya menjadi 7 lampu pelita,” kata Datuk Seri Taufik.
Tradisi tujuh likur ini, sambung Datuk Seri Taufik, diadakan sebagai ungkapan syukur dan diperingati setiap 27 Ramadan atau minggu terakhir pada bulan Ramadan yang dipercaya adalah malam yang istimewa bagi umat Islam. Karena pada minggu terakhir di bulan Ramadan dipercayai sebagai malam Lailatul Qadar.
Lanjut, Datuk Seri Taufik, bahwa Melayu menjadikan Islam sebagai ruh atau inti kebudayaannya, nilai-nilai Islam terlihat jelas dalam berbagai aspek budaya Melayu, adat-istiadat orang Melayu tidak bertentangan dengan Islam.
“Di berbagai tempat kawasan Melayu, orang yang masuk Islam senantiasa disebut masuk Melayu, bukan masuk Islam," ungkap Datuk Seri Taufik.
Kemudian acara buka bersama itu dilanjutkan dengan menghidupkan lampu pelita atau sering disebut dengan lampu colok, serta sholat tarawih bersama di Musholla As- Salam LAMR Provinsi Riau.
(Mediacenter Riau/fik)