
Peringatan HKG ke-53, TP PKK Riau Gelar Edukasi Ramadan Ceria Pangan
PEKANBARU - Memperingati Hari Kesatuan Gerak (HKG) ke-53 Tahun 2025, TP PKK Riau menggelar Ramadan Ceria Pangan, di Panti Asuhan Al Istiklal Jalan Harapan Murni, Tangkerang Timur Pekanbaru, Senin (24/3/2025) sore. Kegiatan Ramadan Ceria Pangan ini mengangkat tema "Gerakan Selamatkan Pangan Melalui Edukasi Stop Boros Pangan".
Ketua TP PKK Riau, Henny Sasmita Wahid menyatakan bahwasanya kegiatan Gerakan Selamatkan Pangan(GSP) ini merupakan suatu gerakan yang mencegah terjadinya pangan berlebih yang berpotensi food waste (limbah makanan).
"Gerakan ini mengajak kita bersama untuk menerapkan stop boros pangan sebagai upaya menjaga ketahanan pangan. Karena, perilaku boros pangan selain bagian dari perilaku mubazir yang dibenci tuhan, dampaknya merugikan secara ekonomi bahkan lingkungan," kata Henny Wahid.
Istri Gubernur Riau ini mengungkapkan, guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemborosan pangan, TP PKK dan Dinas DPTPH Riau terus berupaya mensosialisasikan dan mengedukasi gerakan selamatkan pangan.
"Tentu dengan harapan dapat mempromosikan Gerakan Selamatkan Pangan ini kepada masyarakat agar dapat melakukan pencegahan dan pengurangan pemborosan makanan. Hal ini sejalan dengan arahan pemerintah agar mewaspadai ancaman krisis pangan, salah satunya dengan menekan food loss and waste," harapnya.
Menurutnya, sosialisasi dan edukasi GSP kepada usia dini, terutama para pelajar seperti yang dilakukan saat ini memang menjadi prioritas. Pasalnya, kelompok tersebut pada 20 tahun yang akan datang, atau sekitar tahun 2045, adalah generasi emasnya Indonesia.
"Pada saat ramadan ini ada satu perilaku yang menjadi perhatian kita bersama bahwa indeks konsumsi masyarakat itu rupanya meningkat 10-15 persen. Padahal faktanya seharusnya pangan kita itu berkurang karena kita melakukan puasa dan mengurangi makan kita di siang hari," jelas Henny Wahid.
Lebih lanjut ia mengatakan, fenomena ini selalu terjadi saat ramadan karena perilaku masyarakat boros pangan masih menjadi kebiasaan. Sebab, di ramadan ini tentu ingin menyajikan yang terbaik buat keluarga, baik dalam bentuk menu sahur maupun berbuka
"Sehingga kita ada kecenderungan untuk berbelanja pangan lebih banyak, belum lagi melihat penjual dadakan pada saat terbuka, berbagai macam variasi takjil yang ada di pinggir jalan, kita tertarik untuk membelinya. Namun setelah kita bawa ke rumah akhirnya tidak termakan dan disimpan di kulkas. Hal seperti inilah yang menjadi salah satu faktor pemborosan pangan di bulan ramadan," terangnya.
Sementara itu, Plt Kadis Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Provinsi Riau M. Job Kurniawan juga mengungkapkan bahwasanya pangan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi kelangsungan hidup manusia, sehingga negara mempunyai kewajiban untuk memenuhi pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan.
"Ketahanan pangan dan gizi selalu menjadi isu strategis nasional, karena pemenuhan pangan merupakan hak setiap warga negara yang harus dijamin kuantitas dan kualitasnya, aman dan bergizi untuk mewujudkan SDM yang sehat, cerdas, aktif dan produktif," ungkap Job.
Jelasnya, sesuai amanat Perpres Nomor 66 Tahun 2021, BPN/NFA bekerja keras bersama berbagai pihak untuk memperkuat ekosistem pangan dari hulu hingga hilir. Kolaborasi merupakan salah satu kunci utama, karena menyelesaikan masalah pangan dan gizi memerlukan komitmen seluruh elemen masyarakat.
"Gerakan Selamat Pangan bertujuan untuk menurunkan tingkat kerawanan pangan dan gizi melalui berbagai upaya, termasuk pencegahan food waste, yakni makanan yang telah melalui rantai pasok namun tidak dikonsumsi sehingga akhirnya dibuang," jelasnya.
"Kegiatan seperti ini harus terus kita dukung agar anak-anak kita tidak kekurangan gizi dan mengalami permasalahan pangan ke depannya," tandas Job.
(Mediacenter Riau/nb)