
BMKG Ajak Masyarakat dan Pemerintah Daerah Bersatu Hadapi Cuaca Ekstrem
Pekanbaru - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menekankan pentingnya respons cepat dan efektif dari seluruh pemangku kepentingan dalam menanggapi peringatan dini cuaca ekstrem. Hal ini disampaikan dalam rangka peringatan Hari Meteorologi Dunia (HMD) ke-75, yang jatuh pada tanggal 23 Maret setiap tahunnya.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa BMKG memiliki peran krusial dalam memberikan peringatan dini cuaca ekstrem di Indonesia. "BMKG terus memantau kondisi atmosfer laut dan darat dengan menggunakan berbagai peralatan canggih seperti radar cuaca, satelit, dan stasiun pengamatan," kata Dwikorita.
Data BMKG mencatat bahwa sejak 1 Januari hingga 17 Maret 2025, terjadi 1.891 kejadian cuaca ekstrem di Indonesia. Rinciannya meliputi 43 tornado, 400 angin kencang, 1.182 hujan lebat, 55 sambaran petir, dan 11 kejadian hujan es.
Dampak dari cuaca ekstrem tersebut sangat signifikan, mengakibatkan 721 kejadian banjir, 371 pohon tumbang, 374 kejadian tanah longsor, 553 bangunan rusak, dan 567 gangguan transportasi. Selain itu, 115 orang meninggal atau terluka, dan ribuan orang lainnya terdampak.
Baru-baru ini, pada awal Maret 2025, wilayah Jabodetabek mengalami banjir akibat hujan deras, yang berdampak pada lebih dari 37 ribu kepala keluarga. Analisis BMKG menunjukkan bahwa potensi cuaca ekstrem di Indonesia disebabkan oleh dinamika atmosfer dan munculnya bibit-bibit siklon.
Dwikorita mengajak semua pihak untuk memahami dan menindaklanjuti peringatan dini cuaca ekstrem dengan tindakan nyata. "Sebagaimana tema HMD ke-75, sudah sepantasnya kesenjangan yang terjadi selama ini harus diatasi sebaik-baiknya demi menjamin keselamatan masyarakat luas," ujarnya.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi pentahelix antara BMKG, pemerintah daerah, BNPB, Badan SAR, media massa, TNI dan Polri, serta masyarakat. "Jika alur komunikasi ini berjalan dengan baik, kami yakin informasi peringatan dini cuaca ekstrem dan bencana lainnya dapat kita atasi bersama," kata Dwikorita.
BMKG telah melakukan berbagai upaya publikasi peringatan dini melalui media sosial @infobmkg, aplikasi InfoBMKG, SMS blast, WhatsApp Channel, komunitas, dan situs web http://www.bmkg.go.id. Diharapkan informasi ini dapat menjangkau masyarakat untuk mengambil langkah-langkah mitigasi.
Dwikorita juga menyoroti pentingnya respons cepat dari pemerintah daerah dalam menindaklanjuti peringatan dini. "Efektivitas peringatan dini ini sangat bergantung pada kesiapan daerah untuk merespons dengan langkah konkret," jelasnya.
"Perlu koordinasi yang lebih erat antara pemerintah daerah dan masyarakat agar risiko bencana hidrometeorologi dapat diminimalkan lebih cepat dan efektif," tambah Dwikorita.
Ia juga mengajak masyarakat untuk lebih aktif mengakses informasi cuaca melalui kanal resmi BMKG, sehingga tindakan preventif dapat dilakukan lebih dini. "Dengan kolaborasi yang erat antara pemerintah daerah, BMKG, dan masyarakat, diharapkan dampak bencana akibat cuaca ekstrem dapat diminimalisir," katanya.
"Rantai yang efektif sangat penting untuk meminimalisir dampak bencana dan menyelamatkan nyawa. Koordinasi yang baik antara lembaga dan masyarakat sangat diperlukan. Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat menjadi kunci utama dalam penanggulangan bencana," pungkasnya.
(Mediacenter Riau/MC Riau)