
Keutamaan I'tikaf: Meraih Lailatul Qadar hingga Muhasabah Diri di Sepuluh Malam Terakhir Ramadan
PEKANBARU - I’tikaf adalah ibadah yang dianjurkan, terutama di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. Ibadah ini dilakukan dengan cara bermalam di masjid sebagai langkah mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Para Mu'takif (orang yang beri'tikaf) menjauhi kesibukan duniawi. Semua fokus pada ibadah seperti salat, dzikir, doa, serta membaca Al-Qur’an.
I'tikaf memiliki banyak keutamaan yang menjadi satu diantara amalan sangat dicintai oleh Nabi Muhammad SAW. Pada hadis riwayat Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa Rasulullah SAW selalu melakukan i’tikaf di sepuluh hari terakhir Ramadan hingga wafat.
Ustaz Adi Hidayat Official, menjelaskan tentang makna dan keutaman i'tikaf. UAH menjelaskan bahwa ibadah i'tikaf memiliki hukum mustahab.
"Kesimpulan tentang itikaf itu hukumnya mustahab masuk pada kategori yang sangat dianjurkan dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Mustahab itu artinya kalau dikerjakan bagus sangat disenangi ada pahalanya, tapi kalau tak punya kemampuan mengerjakan pun tidak berdosa dan tidak membatalkan puasanya," jelas UAH, melalui siaran langsung dari kanal YouTube Minggu (23/03/2025).
Diterangkan, salah satu keutamaan terbesar dari i’tikaf yaitu kesempatan untuk meraih malam Lailatul Qadar. Malam yang lebih baik dari seribu bulan, diyakini terjadi pada sepuluh hari terakhir Ramadan.
"Nah sifat mustahab ini terbagi dua, yang pertama sifat yang umum bisa dikerjakan di luar Ramadan, silahkan Bapak Ibu misalnya kalau ingin di luar Ramadan datang ke masjid untuk ibadah fokus di masjid boleh. Yang kedua, apalagi ketika sampai di dalam Ramadan sepuluh hari terakhir, maka itu sangat sekali dianjurkan khususnya untuk lebih menambah peluang mendapatkan kemuliaan malam Lailatul Qadar," terangnya.
Dengan berdiam diri di masjid, seorang mukmin memiliki kesempatan lebih besar untuk mendapatkan keutamaan malam Lailatul Qadar dan memperoleh ampunan dari Allah SWT. Sehingga, umat muslim harus memanfaatkan momen ini sebaik-baiknya.
"Bahwa kita semua mesti bersyukur karena diberikan kesempatan untuk menikmati hari-hari terakhir di bulan Ramadan, yang memiliki keistimewaan yang sangat mulia tidak ditemukan di hari-hari sebelumnya," ungkap UAH.
Selain itu, Buya asal Riau, Ustaz Rasmin Damri menambahkan i’tikaf menjadi momen yang sangat baik untuk melakukan muhasabah diri. Di tengah kesunyian masjid, mu'takif bisa merenungkan kehidupannya sembari mengevaluasi amal ibadahnya.
"Melalui i'itikaf kita dapat merenung bermuhasabah, sehingga bisa memperbaiki niat dan tekad untuk menjadi umat yang lebih baik setelah Ramadan," ujar Ustaz Rasmin.
Ustaz lulusan Al Azhar Kairo tersebut mengatakan, ibadah ini juga memiliki manfaat dalam mendisiplinkan diri, melatih kesabaran dan hawa nafsu. Karena pada hakikatnya, mu'takif mampu menyampinhkan kenyamanan aktivitas duniawi.
"Ketika melakukan i'tilaf, seorang Muslim belajar untuk mengendalikan hawa nafsu dan memperbanyak ibadah, serta lebih fokus pada kehidupan spiritual. Seperti yang sudah tertuang dalam surah Al Baqarah ayat 187," katanya.
Keutamaan lainnya, peluang untuk lebih banyak membaca Al-Qur’an. Saat suasana tenang, seseorang dapat lebih khusyuk membaca ayat-ayat suci, memahami maknanya, dan merenungkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
"Selanjutnya i'tikaf ini juga mengajarkan seseorang tentang kesederhanaan. Sebab, selama berdiam di masjid, mu'takif dianjurkan membawa perlengkapan secukupnya. Dengan begitu, memberi pelajaran bahwa kehidupan dunia hanya sementara dan kesederhanaan adalah salah satu kunci kebahagiaan," ucapnya.
Di Kota Pekanbaru, banyak masjid yang terbuka untuk jemaah melakukan i'tikaf, terutama Masjid Raya Annur Provinsi Riau. Berbagai kalangan datang ke Masjid Annur, mulai dari anak muda hingga lansia bersemangat ikuti beribadah malam.
Ketika lampu dimatikan, lantunan ayat suci menggema, kedua tangan diangkat dan kepala mulai tertunduk. Seluruh mu'takif di Masjid Raya Annur, berdoa dan memohon ampunan kepada Allah SWT.
Warga Pekanbaru benama Muhammad Syeikhan yang melakukan i'tikaf di Masjid Raya Annur, mengaku senang dapat merasakan kekhusyukan. Menurutnya, sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan menjadi waktu yang tepat untuk memperkuat amalan dan meminta ampun kepada Sang Khalik.
"Sepanjang waktu di sepertiga malam saya manfaatkan untuk berdoa, zikir, mengaji dan salat. Dengan ini saya bisa meminta petunjuk dan perlindungan dari Allah agar senantiasa diberi kekuatan dalam menjalani hidup." singkatnya.
(Mediacenter Riau/bib)