Rektor UMRI Tekankan Nilai Ketuhanan dalam Filosofi Berbangsa dan Bernegara
PEKANBARU- Rektor Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) Dr Saidul Amin MA menekankan bahwa diperlukan keberanian untuk menentukan kapan sebenarnya suatu daerah mulai berdiri.
Hal tersebut disampaikannya saat menjadi narasumber dalam seminar Memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-75 Kabupaten Kampar dengan tema “Kejayaan Kampar: Masa Lalu, Masa Sekarang, dan Masa Depan”.
“Kita memang perlu keberanian untuk menentukan kapan sebenarnya kita ini ada. Dan kita tidak boleh gamang dalam menilai masa lalu, karena jika demikian, kita juga tidak bisa menghadapi masa sekarang,” ujar Dr Saidul Amin.
Terkait masa depan Kampar, Rektor UMRI ini menegaskan bahwa visi dan misinya sudah luar biasa. Menurutnya, arah pembangunan di Kampar sudah jelas, dengan berbagai aspek yang mendukung kemajuan daerah, termasuk dalam bidang agama, ketuhanan, dan kesejahteraan masyarakat. Ia juga menekankan bahwa dengan landasan yang kuat, Kampar memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan mencapai kesejahteraan yang lebih baik bagi masyarakatnya.
“Di Kampar, agama dan ketuhanan menjadi dasar filosofi bangsa dan negara. Prinsip ‘syarak bersandi kitabullah’ menunjukkan bahwa pondasi Kampar telah sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Al-Mawardi,” jelasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya kepemimpinan yang diterima masyarakat, bersifat arif dan bijaksana, serta adanya konsep keadilan yang menjunjung tinggi kesejahteraan rakyat.
“Seorang negarawan berpikir untuk generasi ke generasi. Pemimpin harus menjadi negarawan agar dapat menghadirkan kesejahteraan bagi masyarakat,” tegasnya.
Dari segi keamanan, ia menilai Kampar sudah berada dalam kondisi yang baik. Dengan tanah yang subur dan sumber daya alam yang melimpah, pembangunan di Kampar harus bersifat berkelanjutan dan tidak bergantung pada perubahan rezim.
“Pembangunan harus berkelanjutan, tidak hanya berdasarkan rezim yang berkuasa. Kampar memiliki semua panduan yang jelas untuk itu,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan harapannya agar Kampar kembali menjadi pusat hewan kurban, karena fasilitas untuk itu sudah tersedia. Artinya, sektor industri dan pertanian di Kampar sudah memiliki target yang jelas.
Sebagai penutup, ia menegaskan bahwa budaya dan agama tetap menjadi pilar utama yang harus terus dijaga di Kampar.
“Terakhir, budaya dan agama juga menjadi pilar utama yang harus terus dijaga di Kampar,” pungkasnya.