Penyelamatan Dramatis Empat Anak Kucing Hutan di Tengah Banjir Kampar
PEKANBARU – Empat anak kucing hutan (Prionailurus bengalensis) yang terjebak banjir kini mendapatkan perawatan intensif di Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau. Keempat kucing tersebut ditemukan mengapung di atas tumpukan pelepah sawit di Desa Pangkalan Baru, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, setelah Sungai Kampar meluap dan merendam kebun sawit tempat mereka berada.
Penemuan ini terjadi pada 23 Januari 2025. Afrizal, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Pangkalan Baru, tidak menduga akan menemukan empat bayi kucing hutan yang masih sangat kecil dan tanpa induk. Melihat kondisinya yang sangat memprihatinkan, Afrizal langsung menghubungi BBKSDA Riau untuk meminta bantuan.
Kepala Bidang Teknis BBKSDA Riau, Ujang Holisudin, menyatakan bahwa keempat anak kucing tersebut diperkirakan baru berusia sekitar dua minggu, yang merupakan usia yang sangat rentan bagi kelangsungan hidup mereka. “Karena usia mereka yang masih muda, perawatan intensif sangat dibutuhkan agar bisa bertahan hidup. Kami akan memberikan perawatan medis yang terbaik untuk mereka, sebelum akhirnya dilepasliarkan ke alam liar,” kata Ujang pada Jumat (31/1/2025).
Sesampainya di BBKSDA Riau, tim medis yang terdiri dari drh. Rini dan drh. Danang segera melakukan pemeriksaan kesehatan. Berdasarkan hasil pemeriksaan, tiga anak kucing berjenis kelamin jantan dan satu betina, semuanya dalam kondisi sehat meskipun sedikit lemah karena kejadian tersebut.
Keempat bayi kucing hutan ini kini dirawat di klinik Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) yang dikelola oleh BBKSDA Riau bersama Yayasan Arsari. Mereka akan mendapatkan perawatan yang diperlukan hingga cukup kuat untuk kembali ke habitat aslinya. Jika kondisi mereka membaik, mereka akan dilepasliarkan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Buluh Cina.
Selain memastikan keselamatan keempat anak kucing tersebut, BBKSDA Riau juga mengingatkan masyarakat bahwa kucing hutan merupakan satwa liar yang dilindungi oleh undang-undang. Ujang Holisudin mengimbau agar masyarakat tidak menangkap, memelihara, atau memperdagangkan satwa ini demi menjaga keberlanjutan populasinya di alam.
“Jika ada satwa liar yang membutuhkan pertolongan, segera laporkan kepada pihak berwenang seperti BBKSDA. Dengan begitu, satwa tersebut bisa mendapatkan penanganan yang tepat dan memiliki kesempatan untuk kembali ke alam,” ujarnya.
Kisah penyelamatan ini juga menjadi pengingat bahwa bencana alam seperti banjir dan kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia dapat berdampak buruk pada satwa liar. Namun, dengan adanya kepedulian dari masyarakat dan tindakan cepat dalam upaya konservasi, keseimbangan ekosistem dapat tetap terjaga dan kelangsungan hidup satwa langka seperti kucing hutan dapat dipertahankan.
(Mediacenter Riau/pr)