MUI Pekanbaru Siapkan Buku Biografi Para Ulama yang Telah Meninggal Dunia
PEKANBARU - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Pekanbaru tengah menyusun buku biografi yang akan memuat profil puluhan ulama besar asal Pekanbaru yang telah berpulang.
Buku ini dirancang untuk mengenang perjuangan dan dedikasi mereka dalam menyebarkan dakwah Islam serta menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.
Ketua MUI Pekanbaru, Prof Akbarizan, didampingi Sekretaris MUI Pekanbaru, Dr. Erman Gani, menjelaskan bahwa para ulama yang dipilih untuk diprofilkan adalah tokoh yang semasa hidupnya aktif berdakwah, menjadi panutan masyarakat, dan telah meninggal dunia.
"Profil ini kami dedikasikan untuk ulama yang tinggal, beraktivitas di Pekanbaru, memiliki banyak jamaah, dan sudah meninggal dunia. Syarat utamanya adalah ulama yang telah wafat," ungkap Prof Akbarizan, Kamis (26/12/2024).
Menurut Prof Akbarizan, ulama yang telah wafat dipilih karena kontribusi mereka dapat dinilai secara keseluruhan hingga akhir hayatnya.
"Kalau ulama yang masih hidup, kita belum bisa memastikan apakah mereka tetap istiqamah hingga akhir hayatnya. Jangan sampai nanti kita sudah buat profilnya, kemudian di akhir hayatnya malah bertentangan dengan akhlak, tidak khusus khotimah," jelasnya.
Proyek penyusunan buku biografi para ulama di Pekanbaru ini telah berlangsung selama dua tahun.
Tim dari Bidang Peneliti dan Pengkaji MUI Pekanbaru telah mengumpulkan data dengan menjaring masukan dari MUI di tingkat kecamatan. Mereka juga menghubungi ahli waris atau keluarga ulama untuk memperoleh informasi dan data yang lengkap dan akurat.
"Salah satu nama yang masuk adalah Pak Abdullah, ayah dari mantan Wali Kota Pekanbaru, Herman Abdullah. Selain itu, ada nama-nama ulama-ulama besar di Pekanbaru pada masanya seperti Ustadz Buchori Dahlan dan tokoh lainnya," ujar Prof. Akbarizan.
Beberapa ulama yang akan diabadikan dalam buku ini antara lain H. Ilyas M. Ali, Rektor pertama IAIN Susqa Riau (sekarang UIN Suska). Abdul Jalil, pendiri Universitas Islam Riau (UIR). H. Imam Tahir, imam pertama Masjid Raya Senapelan. H. Zaini Khalil Ali, pendiri RS Ibnu Sina.
Selain itu, masih banyak ulama lain yang memiliki peran besar tidak hanya di Pekanbaru tetapi juga di Riau dan tingkat nasional. Sampai saat ini sudah terdata sebanyak 42 nama ulama yang akan dibuat profilnya.
"Tapi jumlah ini bisa saja bertambah seiring berjalannya waktu, jika nanti diperjalanan ada saran dan masukan sebelum buku nya diterbitkan," katanya.
MUI Pekanbaru berharap buku ini dapat menjadi referensi berharga sekaligus sumber inspirasi bagi generasi muda untuk meneladani perjuangan dan semangat para ulama.
"Proses pengerjaannya masih terus berlangsung, dan kami berharap buku ini dapat segera diterbitkan dalam waktu dekat," tutupnya.
(Mediacenter Riau/sa)