Sekjen Kemendagri: Pelayanan Publik yang Efektif Harus Terkoneksi Dengan Teknologi
PEKANBARU - Sekjen Kemendagri Suhajar Diantoro mengatakan bahwa pelayanan publik yang efektif haruslah terkoneksi dengan teknologi informasi yang berkembang saat ini, sehingga dengan begitu sebutnya, masyarakat masih tetap bisa dilayani 24 jam dalam sehari, tidak mengenal kata libur sabtu dan minggu, sehingga tidak ada berhenti memberikan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat.
Suhajar Diantoro menginginkan dengan terkoneksi ke teknologi, dalam skala apapun dan dimanapun berada, pejabat publik masih tetap bisa melayani masyarakat.
"Kita sekarang sedang bertransformasi ke sana banyak daerah yang menerapkan pelayanan online, tapi ada pula yang masa transisi. Orang masukkan berkas pukul 16.00 WIB secara online, tapi ternyata tidak dilayani karena tutup katanya. Itu bukan hanya terjadi di daerah tapi kantor pusat juga ada, tapi tidak apa-apa kan kita baru belajar," ucapnya, melalui YouTube Kemendagri, Rabu (28/9/22).
Sekjen Kemendagri ini mengungkapkan, hal tersebut juga sejalan dengan pernyataan Presiden RI yang mengatakan bahwa jabatan pejabat publik apakah itu pemerintahan kelurahan, pemerintahan kecamatan, pemerintahan kabupaten, yang namanya pejabat tetap pekerjaanya adalah pelayanan kepada masyarakat.
Jadi terangnya, itulah yang menjadi tantangan pemerintah saat ini, bagaimana mengubah pemerintahan ini menjadi organisasi pelayanan publik yang efektif, yang birokrasi bersih melayani bukan hanya birokrasi melayani.
"Sebagaimana penelitian Mark Tunner dan David Hulme menyatakan bahwa kemajuan Negara Korea Selatan, Singapura, Thailand dan Malaysia itu karena kemampuan pemerintahnya mentransformasikan pemerintahnya menjadi organisasi pelayanan. Karena itulah Singapura, Malaysia, Thailand dan Korea Selatan bisa cepat maju karena dia merubah pemerintahan nya menjadi organisasi pelayanan. Bisa tidak kita ubah untuk melayani?," ungkapnya.
Suhajar Diantoro menambahkan, ia berpengalaman menjadi camat di kampungnya sendiri yang harus melayani orang tua, guru, keluarga dan teman-temannya.
Untuk itu terangnya, pengalaman tersebut menjadi pengalaman berharga baginya, bagaimana beranggapan semua orang yang datang membutuhkan pelayanan untuk dapat dilayani dengan baik sebagaimana melayani orang tua, guru maupun saudaranya sendiri.
Jadi ucapnya, jika beranggapan semua yang datang adalah orang terdekat, maka tidak ada alasan untuk tidak dilayani dengan baik dan menganggap remeh siapapun yang datang untuk mendapatkan pelayanan.
"Ini yang harus kita praktek di lapangan sehingga organisasi pemerintah itu kita transformasi menjadi pelayanan publik yang efektif," tutupnya.
(Mediacenter Riau/ip)