
Awan Gelap Menyingkir: Bintang dan Sekolah Rakyat, Kisah Cahaya yang Menghampiri
Pekanbaru – Seulas senyum manis memancar dari wajah seorang gadis kecil berusia 12 tahun, bernama Bintang. Sebagaimana namanya, ia bermimpi menjadi cahaya penerang bagi keluarganya, meskipun jalan hidupnya kerap diselimuti bayangan kemiskinan. Hari ini, mimpinya perlahan merangkak menjadi nyata, seiring dengan dibukanya pintu Sekolah Rakyat Pekanbaru, sebuah harapan baru bagi anak-anak prasejahtera.
Bintang adalah seorang anak yatim yang berkesempatan emas untuk melanjutkan jenjang pendidikan SMP di sekolah istimewa ini. Harapannya kian membumbung tinggi kala menerima kunjungan langsung dari Menteri Sosial Republik Indonesia (Mensos RI), Saifullah Yusuf, dan Gubernur Riau, Abdul Wahid, di Sentra Abiseka Pekanbaru, pada Selasa (27/05).
"Saya bersyukur adanya Sekolah Rakyat ini. Karena untuk ke jenjang SMP itu biaya sekolahnya mahal. Tapi, beruntung kali saya bisa masuk seleksi program ini," tutur Bintang dengan mata berbinar.
Bintang adalah salah satu dari sekian banyak anak yang terpilih menjadi bagian dari program Sekolah Rakyat, sebuah inisiatif mulia yang digagas langsung oleh Presiden Prabowo Subianto. Program ini secara khusus ditujukan untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu, memberikan mereka kesempatan untuk meraih pendidikan yang layak tanpa beban biaya.
"Terima kasih Pak Presiden, Pak Menteri, dan Pak Gubernur yang telah mewujudkan keinginan saya untuk bersekolah. Semoga saya dapat berprestasi dan membanggakan orang tua," ucap Bintang penuh haru.
Bagi Bintang, sekolah bukan sekadar tempat untuk belajar, melainkan sebuah ruang yang lebih luas untuk menumbuhkan mimpi-mimpi besar. Setiap hari, ia menyimpan satu harapan mendalam di buku catatannya, "Suatu hari nanti, saya ingin jadi orang sukses dan membahagiakan Mama."
Sebuah cita-cita sederhana, namun sarat makna bagi seorang gadis kecil yang mendamba masa depan lebih cerah. Sebuah impian yang kini terasa kian dekat di genggaman tangannya.
Di balik senyum dan harapan Bintang, berdiri teguh seorang wanita tangguh bernama Monika Pasaribu, ibunda Bintang. Monika adalah seorang janda yang berjuang keras menghidupi ketiga anaknya dengan menjadi pemulung, sebuah profesi yang ia geluti sejak suaminya meninggal dunia.
"Saya sudah sekitar kurang lebih 14 tahun mengontrak rumah. Saya punya anak tiga, satu putra, dua putri," kisahnya di hadapan Mensos RI dan Gubri Abdul Wahid.
Dengan penghasilan sebagai pemulung yang hanya berkisar Rp1,5 juta per bulan, Monika harus memutar otak untuk mencukupi kebutuhan sewa rumah, listrik, makan, dan biaya sekolah anak-anaknya. Terkadang, ia hanya bisa termenung, memikirkan bagaimana caranya agar penghasilannya cukup.
"Suami saya telah lama tiada. Jadi selama ini saya membesarkan anak-anak sendirian saja," katanya, dengan suara sedikit serak menahan tangis yang mendalam.
Meski roda kehidupannya berputar begitu keras, Monika tak pernah menyerah pada harapan. Ia sangat mendambakan anak-anaknya dapat memperoleh pendidikan yang layak, meyakini bahwa pendidikan adalah satu-satunya jembatan untuk keluar dari belenggu kemiskinan yang telah lama melilit keluarganya.
"Saya sangat ingin anak saya melanjutkan sekolah. Tapi kalau melihat penghasilan saya, anak saya mungkin tidak dapat saya sekolahkan. Puji Tuhan, doa-doa saya ini terkabulkan melalui program Sekolah Rakyat," tuturnya dengan mata mulai berkaca-kaca, penuh rasa syukur.
Program Sekolah Rakyat ini bukan sekadar membuka pintu kelas bagi anak-anak seperti Bintang, tetapi juga menghidupkan kembali impian yang nyaris padam dalam hati banyak keluarga prasejahtera. Sekolah ini menyediakan fasilitas lengkap, termasuk makan gratis, tanpa memungut biaya sepeser pun.
Gubernur Riau, Abdul Wahid, turut memberikan motivasi penuh semangat kepada Bintang dan calon siswa lainnya. Di hadapan puluhan anak dari keluarga kurang mampu, Gubri berbagi kisah masa kecilnya yang juga penuh perjuangan sebagai anak yatim sejak usia 10 tahun.
"Kalau saya bisa, kalian juga pasti bisa. Jangan pernah malu dengan keadaan. Jangan merasa kecil karena hidup susah. Justru dari keterbatasan itu kalian harus buktikan bahwa kalian punya potensi besar," tegasnya.
Menambah optimisme, Menteri Sosial Saifullah Yusuf menekankan bahwa program ini akan terus diperluas dan diperkuat, sebab menyangkut masa depan bangsa. Dengan persiapan intensif yang sedang dilakukan, ia optimis Sekolah Rakyat dapat mulai beroperasi pada awal tahun ajaran baru.
"Mudah-mudahan nanti tahap pertama ini di bulan Juli kita sudah mulai penyelenggaraan Sekolah Rakyat tahun ajaran 2025-2026. Sesuai dengan sekolah pada umumnya," pungkas Mensos, menandai dimulainya era baru pendidikan bagi anak-anak kurang mampu.
(Mediacenter Riau/bib)