
Kepala BNPB: Perlu Langkah Mitigasi dan Kesiapsiagaan Hadapi Bencana Hidrometeorologi
JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menyampaikan bahwa memasuki Bulan Maret-April 2025 ini, Indonesia mengalami cuaca ekstrem.
Letjen TNI Suharyanto menyebutkan, jumlah kejadian bencana per tanggal 8 Maret 2025, terdapat 614 kejadian, dengan persentase bencana yang terjadi sebesar 99,35 persen merupakan bencana hidrometeorologi, mulai dari banjir, cuaca ekstrem, karhutla, dan lainnya.
Oleh karena itu menurut Kepala BNPB ini perlu upaya dan langkah-langkah mitigasi kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana hidrometeorologi, terutama bagi daerah yang rawan terjadinya bencana hidrometeorologi.
"Upaya yang dilakukan BNPB mulai dari pemantauan mudik lebaran melalui posko terpadu, apel kesiapsiagaan, menyalurkan bantuan bagi daerah yang terjadi bencana, serta operasi modifikasi cuaca," katanya, dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi 2025, disiarkan melalui YouTube Kemendagri, Senin (10/3/25).
Letjen TNI Suharyanto menuturkan, BNPB telah mengeluarkan surat edaran kepada BPBD se Indonesia dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana banjir dan tanah longsor, khususnya pada periode Ramadan dan Idul Fitri 2025.
"Edaran ini didasarkan pada informasi perkiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG," sebutnya.
Kepala BNPB menuturkan beberapa upaya yang bisa dilakukan daerah untuk memitigasi dan upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana hidrometeorologi.
Adapun beberapa rekomendasinya diantaranya, Pemda diminta segera melakukan penetapan status siaga darurat bagi daerah yang rawan banjir atau longsor apabila memerlukan dukungan pusat.
Kemudian melaksanakan apel kesiapsiagaan dan periksa kelengkapan dan kelayakan alat perangkat atau logistik kedaruratan yang ada di gudang.
Periksa, siapkan dan gelar alat perangkat pendukung operasi kedaruratan di lokasi rawan bencana, seperti pompa, perahu karet di lokasi rawan banjir.
"Selalu perhatikan perkiraan cuaca untuk mewaspadai potensi terjadinya bencana," ujarnya.
Letjen TNI Suharyanto melanjutkan, perlu melakukan pemantauan debit sungai, tinggi muka air di tanggul-tanggul rawan jebol dan saluran drainase permukaan lain di saat hujan.
Kata dia, jika air cenderung naik dan hujan tidak berhenti, segeralah evakuasi masyarakat di kawasan rawan banjir dan longsor, serta segera distribusikan logistik makanan dan non makanan jika diperlukan masyarakat di tempat evakuasi.
"Tetapkan status tanggap darurat jika terjadi bencana," tutupnya.
(Mediacenter Riau/ip)