
Harum Bunga di Pusara, Doa Mengalun Menyambut Ramadan di Pekanbaru
Pekanbaru - Saat senja kala menjelang Ramadan, Pekanbaru berhias rindu. Pusara-pusara yang sunyi, kini ramai dikunjungi. Doa-doa mengalun, harum bunga menyeruak, menyambut bulan suci dengan hati khusyuk.
Ziarah kubur, bukan sekadar tradisi, tapi jalinan kasih yang tak terputus. Setiap langkah, setiap tetes air mata, adalah doa yang tulus, untuk mereka yang telah pergi.
Di antara keramaian pasar Sail, Diah, sang penjual bunga berusia 55 tahun itu, tersenyum sumringah. Dagangannya laris manis, berkah Ramadan menghampiri, pada Kamis (27/2). "Setiap ziarah, bunga taburku selalu laku," ucapnya, matanya berbinar.
Kehadiran Diah, bukan hanya menghiasi pusara, tapi juga mewarnai kehidupan ekonomi lokal. Penjualannya meningkat, rezeki mengalir, menyambut Ramadan dengan suka cita.
Di TPU Muslim Tenayan Raya, Diki Nanda (29 tahun), sang penjual bunga, merasakan hal yang sama. Omzetnya melesat, syukur terucap, menghargai tradisi yang luhur.
"Pada jelang ramadan, keuntungan usaha saya meningkat drastis. Para ziarah kadang tidak hanya membeli satu saja, tetapi ada yang membelinya tiga. Saya juga merasa senang karena usaha saya bisa berkontribusi dalam melestarikan tradisi ziarah yang sudah menjadi bagian dari identitas masyarakat muslim," terangnya.
Teti Herliza (46 tahun) seorang peziarah, merasakan makna mendalam dari tradisi ini. Baginya, mendoakan mendiang adalah utama. Kemudian, menaburkan bunga-bunga ini merupakan bentuk memperindah makam yang dari dulu sering ia lakukan.
"Adanya penjual bunga tabur tentu sangat membantu kami karena tidak perlu repot-repot mencari beragam bunga untuk ziarah," ujarnya, tangannya menabur bunga di pusara.
Bunga-bunga bertebaran, simbol cinta dan rindu yang tak terucap. Setiap kelopak, setiap warna, adalah doa yang terbang ke langit.
Para penjual bunga, menjadi saksi bisu tradisi luhur. Mereka bukan hanya berdagang, tapi juga menjaga warisan budaya. Harum bunga di pusara, doa-doa yang mengalun, berkah Ramadan yang menghampiri. Semoga tradisi ini terus lestari, menjadi jembatan cinta antara yang hidup dan yang telah tiada.
(Mediacenter Riau/bib)