Presisi dan Kolaborasi Jadi Kunci Penting Atasi Stunting
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menyampaikan dua kunci dalam mengatasi kasus stunting di Indonesia.
Menko PMK menerangkan, dua kunci tersebut yakni adalah presisi dan kolaborasi dari semua pihak, sehingga penanganan stunting jauh lebih mudah.
"Saya ingin menyampaikan dua kata kunci yaitu presisi dan kolaborasi, sekali lagi presisi dan kolaborasi itu dua kata kunci. Dari dulu penting tapi presisi semakin mudah dilakukan karena perkembangan teknologi," ucapnya saat menjadi keynote speaker dalam Forum Data Keluarga Nasional, Jumat (29/11/2024).
Pratikno menuturkan, presisi dalam penanganan stunting ini sangat penting, karena dengan demikian permasalahan stunting di lapangan akan semakin bisa diatasi sesuai dengan akar masalahnya.
Sebuat dia, data yang akurat dan terintegrasi adalah kunci untuk merancang kebijakan yang tepat sasaran. Teknologi seperti cloud computing, kecerdasan buatan (AI), dan machine learning dapat mengolah data besar dan kompleks secara efektif.
Pendekatan presisi dalam penanganan stunting memungkinkan pemberian intervensi yang lebih tepat sesuai kebutuhan individu. Salah satu contohnya adalah pemanfaatan 'nutrisi presisi' untuk memperhitungkan pola makan anak dan kebutuhan gizinya.
"Saya kira kata kunci dari berbagai masalah yang kita hadapi adalah kita bisa melakukan secara presisi maka kita akan banyak hemat energi, fokus," ucap dia.
Selanjutnya, Menko PMK ini menambahkan, kunci mengatasi stunting berikutnya adalah kolaborasi. Yakni, semua pihak sama-sama untuk mendorong pengembangkan kebijakan yang presisi.
Untuk itu Pratikno mengajak pemerintah daerah, kementrian/lembaga, pihak swasta, untuk berkolaborasi, baik itu kolaborasi untuk membangun satu data tunggal, kolaborasi untuk mengolah data, maupun memanfaatkan data yang sudah ada.
Karena sebut dia, dengan dilakukannya secara presisi dan berkorban maka sangat penting untuk mencapai tujuan penanggulangan stunting.
"Sama-sama melakukan intervensi, tidak duplikatif. Sumber daya kita pasti terbatas dibandingkan dengan masalahnya, tapi kalau kita bisa presisi, kita mampu sebetulnya. Saya yakin sumber daya itu tidaklah kurang, tapi masih berserakan masih perlu dikoordinasikan," tutup dia.
(Mediacenter Riau/ip)