Indonesia Ketiban Panas, BMKG Ungkap Penyebabnya
Jakarta - Sejumlah wilayah di Indonesia, terutama di bagian selatan, tengah mengalami cuaca panas yang cukup ekstrem dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan, suhu udara di beberapa daerah seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) tercatat mencapai 38,3 derajat Celcius. Lantas, apa yang menyebabkan fenomena cuaca panas ini?
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kondisi cuaca panas tersebut. Salah satu faktor utama adalah posisi semu matahari yang saat ini berada di atas wilayah Indonesia bagian selatan. Hal ini menyebabkan intensitas sinar matahari yang mencapai permukaan bumi semakin tinggi.
"Gerak semu matahari yang berada di atas wilayah Indonesia bagian selatan ini menyebabkan peningkatan suhu udara," ujar Dwikorita dalam keterangan resminya, Rabu (30/10).
Selain faktor posisi matahari, adanya aktivitas siklon tropis di wilayah sekitar Indonesia juga turut mempengaruhi kondisi cuaca. Siklon tropis Trami dan Kong-Rey yang berada di Filipina, misalnya, telah mengurangi tutupan awan di wilayah Indonesia sehingga panas matahari semakin terasa.
"Siklon tropis ini menarik kelembapan dari wilayah sekitar, termasuk Indonesia, sehingga menyebabkan kondisi udara menjadi lebih kering dan suhu udara meningkat," tambah Dwikorita.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, memprediksi bahwa kondisi cuaca panas ini masih akan berlangsung beberapa hari ke depan, terutama di wilayah Jawa hingga NTT. Namun, ia juga mengingatkan bahwa kondisi cuaca sangat dinamis dan dapat berubah sewaktu-waktu.
"Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan terus mengikuti informasi cuaca terkini dari BMKG," kata Andri.
Andri juga mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan dengan menghindari aktivitas di luar ruangan pada siang hari, terutama pada pukul 10.00 hingga 16.00 WIB. Selain itu, masyarakat juga disarankan untuk selalu membawa air minum dan mengenakan pakaian yang ringan dan menyerap keringat.
Meskipun cuaca panas mendominasi, BMKG juga mengingatkan potensi terjadinya cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, dan puting beliung, terutama pada sore dan malam hari. Hal ini disebabkan oleh kondisi atmosfer yang tidak stabil akibat peralihan musim.
"Masyarakat perlu waspada terhadap potensi cuaca ekstrem ini, terutama yang tinggal di daerah rawan bencana," tegas Andri.
Untuk mengantisipasi dampak dari cuaca ekstrem, BMKG mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan langkah-langkah mitigasi bencana.
"Kami berharap masyarakat dapat menjaga keselamatan diri dan keluarga dengan selalu mengikuti informasi cuaca terkini dari BMKG," tutup Andri.
(Mediacenter Riau/jep)