Masyarakat Desa Dilibatkan dalam Penanggulangan Karhutla di Riau
PEKANBARU – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau meluncurkan inisiatif terbaru dalam penanggulangan bencana dengan melibatkan masyarakat desa secara aktif. Langkah ini diambil untuk memperkuat pengawasan dan respons terhadap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang kerap melanda wilayah tersebut.
“Kami memberikan pemahaman dan keterampilan kepada mereka. Selain itu, warga desa juga berperan dalam sosialisasi tentang pencegahan Karhutla dan ikut serta dalam patroli,” kata Kepala BPBD Riau, M. Edy Afrizal, Rabu (11/9/2024) mengungkapkan bahwa masyarakat desa diberikan pelatihan dan pengetahuan terkait penanggulangan bencana.
Program yang dinamakan 'Desa Tangguh Bencana' ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan respon cepat terhadap kebakaran hutan. Dalam melaksanakan tugasnya, masyarakat desa memanfaatkan aplikasi Sipakar, yang memungkinkan mereka melaporkan kejadian dengan cepat melalui foto dan informasi lokasi.
Edy menjelaskan bahwa jika kebakaran masih kecil, masyarakat desa dapat langsung melakukan pemadaman. Namun, untuk kebakaran yang lebih besar, BPBD akan mengerahkan petugas darat dan udara. “Jika apinya kecil, mereka yang langsung memadamkan. Namun, jika kebakarannya besar, kami akan menerjunkan petugas dan helikopter untuk water bombing,” tambahnya.
Meskipun sebagian wilayah Riau sudah memasuki musim hujan, beberapa daerah masih mengalami kekurangan hujan, sehingga potensi Karhutla tetap tinggi. Saat ini, kebakaran masih terjadi di wilayah selatan Riau, termasuk Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, dan Pelalawan.
“Beberapa titik api masih terpantau, seperti di Pelalawan, Kuala Cenaku, dan Keritang,” ungkap Edy.
BPBD Riau bersama petugas sedang melakukan pemadaman dengan bantuan helikopter dan terus memantau perkembangan situasi.
Sebagai bagian dari upaya mitigasi, BPBD Riau terus memperkuat koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk TNI, Polri, Manggala Agni, perusahaan, dan masyarakat.
“Riau memiliki dua musim kemarau, sehingga kami menetapkan status siaga Karhutla lebih awal untuk memastikan semua pihak dapat bekerja secara terkoordinasi,” kata Edy.
Selain itu, pemantauan kebakaran juga dilakukan melalui berbagai aplikasi, seperti dashboard Lancang Kuning dari Polda Riau, sistem Sipakar dari Pemprov, Sipongi dari Kementerian LHK, dan data dari BMKG.
“Kami mengintegrasikan semua data dari aplikasi ini untuk mendapatkan informasi yang akurat dan koordinasi yang lebih baik di lapangan,” tutup Edy.
(Mediacenter Riau/sa)