
LAMR Tegakkan Payung Panji Adat, Tanda Keteguhan Marwah di Tanah Melayu Riau
PEKANBARU - Sabtu pagi (14/6), halaman Balai Adat LAMR Provinsi Riau menjadi saksi sebuah prosesi sakral yang sarat makna. Sebelum Musyawarah Kerja (Musker) Lembaga Adat Melayu Riau dimulai, terlebih dahulu dilaksanakan prosesi Tegak Payung Panji Adat, sebuah tradisi adat yang menandai peneguhan jati diri dan marwah Melayu di tanah Riau.
Langit masih teduh saat prosesi dimulai. Lantunan ayat suci Alquran oleh Tuan Hasbi Ashydiqi membuka suasana khidmat pagi itu. Perlahan, para penjawat adat bergerak. Dipimpin oleh Tuan Imam Datuk Rahmad Khaidir dan Tuan Kadam Datuk Monda Gianes, serta didampingi tujuh orang penjawat adat lainnya, mereka mengemban amanah langsung dari pucuk pimpinan LAMR, Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) Datuk Seri H. Raja Marjohan Yusuf dan Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (DPH) Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil.
Dengan khusyuk, mereka menegakkan payung panji adat, bukan sekadar membentangkan kain atau menaikkan bendera, tapi mengangkat harkat nilai dan martabat Melayu yang diwariskan turun-temurun.
Di laman Balai Adat, iringan nafiri menyambut langkah prosesi. Seekor kambing disembelih, sebuah bagian dari syarat adat yang menyimbolkan niat suci dan pengorbanan. Di sinilah adat hidup, dalam kesakralan, dalam kesederhanaan, dalam setiap gerak yang penuh makna.
Empat warna bendera dikibarkan dalam prosesi ini, masing-masing membawa pesan:
Putih, lambang kesucian niat dan tujuan, Kuning, simbol kemuliaan dan kebesaran adat, Merah, keberanian dalam menjaga marwah, Hijau, kesuburan dan keberlangsungan hidup masyarakat adat. Sementara, payung hitam berdiri sebagai perlambang perlindungan alam dan kekuatan naungan adat yang menaungi semua.
Tak hanya di Pekanbaru. Panji-panji adat dari seluruh LAMR Kabupaten/Kota se-Riau turut ditegakkan secara serentak oleh Ketua MKA dan DPH masing-masing daerah. Ini bukan prosesi tunggal, melainkan gema tekad bersama masyarakat adat Riau yang bersatu dalam satu semangat: menjaga warisan, merawat jati diri.
Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil, Ketua Umum DPH LAMR, menyampaikan bahwa prosesi Tegak Payung Panji Adat bukanlah seremoni biasa. “Ini adalah pernyataan tegas: nilai-nilai Melayu Riau tetap hidup dan relevan menjawab tantangan zaman,” ujarnya.
Lebih dari itu, kata beliau, prosesi ini adalah sebuah penanda arah, bahwa masyarakat adat Melayu Riau melangkah ke masa depan dengan berpegang pada akar yang kuat. “Adat adalah payung tempat kita berteduh. Di bawah panji yang kita tegakkan hari ini, tersimpan tanggung jawab menjaga martabat, hak, dan jati diri kita sebagai masyarakat adat,” ujarnya.
Di tengah arus modernitas, LAMR kembali meneguhkan posisinya sebagai benteng budaya dan penjaga nilai. Prosesi Tegak Payung Panji Adat ini menjadi penanda, bahwa marwah Melayu tak sekadar dikenang, tapi terus ditegakkan, hari ini, dan masa depan.
(Mediacenter Riau/fik)