Sawit dan Migas Jadi Tantangan Baru Ekonomi Riau ke Depan
PEKANBARU - Di tengah optimisme pertumbuhan ekonomi, Riau masih dihadapkan pada tantangan baru terutama di sektor perkebunan dan pertambangan.
Kepala KPw Bank Indonesia Provinsi Riau, Panji Achmad, mengatakan komoditi sawit dan migas akan dihadapkan pada tantangan penurunan produksi.
"Banyak tanaman sawit di Riau yang sudah tua, ditambah dengan pemupukan yang kurang optimal, terutama di perkebunan rakyat yang menguasai sekitar 60% lahan sawit di Riau," jelas dalam Bincang Ekonomi dan Diseminasi Dukung Akselerasi Ekonomi Riau (Bedelau), Kamis (10/10/2024).
Selain sektor sawit, komoditi migas terus mengalami penurunan hingga 8-12% per tahun, terutama karena penurunan alamiah pada sumur-sumur migas.
Hal ini membuat sektor pertambangan Riau mengalami kontraksi dan menjadi tantangan besar bagi perekonomian daerah.
Meski demikian, kata Panji, BI tetap optimis bahwa perekonomian Riau akan terus tumbuh positif dengan berbagai upaya yang dilakukan untuk menjaga stabilitas dan meningkatkan investasi di daerah ini.
"Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Riau tahun 2024 akan berada di kisaran 3,3% hingga 4,1%, meskipun sedikit melandai dibandingkan tahun 2023. Kami juga optimis inflasi akan terjaga dalam rentang 2,5% ± 1%," kata Panji.
Bank Indonesia, lanjutnya, akan terus memperkuat kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Riau.
Selain itu, BI bersama Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia tengah melakukan kajian terkait dampak pengembangan sektor industri pulp dan kertas terhadap perekonomian Riau.
"Kami berharap hasil kajian ini dapat memberikan masukan bagi pemangku kebijakan dalam merumuskan strategi pembangunan yang efektif dan berkelanjutan," tutur Panji Achmad.