PEKANBARU - Gagasan Daerah Istimewa Riau (DIR) mengemuka dalam ruang diskusi intelektual mahasiswa. Hal ini terjadi dalam acara Training Organization III yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Universitas Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Riau dan diikuti lebih dari 40 kader pemimpin mahasiswa dari berbagai fakultas.

Salah satu momen penting dalam pelatihan ini adalah pemaparan materi oleh Sekretaris Umum Dewan Pimpinan Harian (DPH) Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Provinsi Riau, Datuk Jonnadi Dasa. Dalam penyampaian materinya yang bertajuk "LAMR Mempertahankan Adat dan Budaya Melayu," Datuk Jonnadi menegaskan bahwa perjuangan untuk menjadikan Riau sebagai daerah istimewa merupakan langkah konstitusional yang sah dan mulia.

"Keistimewaan Riau yang bertamadun Melayu disampaikan agar bisa diwariskan ke generasi akan datang," ujar Datuk Jonnadi di hadapan para peserta yang tampak antusias.

Menurutnya, Riau memiliki kekhasan budaya, sejarah panjang kerajaan-kerajaan Melayu, serta nilai-nilai adat yang terpelihara hingga kini. Hal-hal ini menjadi dasar utama dalam memperjuangkan status keistimewaan, sejalan dengan amanat Peraturan Daerah (Perda) serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) LAMR.

Dalam sesi diskusi, peserta menunjukkan ketertarikan yang tinggi terhadap isu DIR. Banyak dari mereka yang mengajukan pertanyaan mendalam terkait urgensi dan dasar hukum perjuangan tersebut.

Datuk Jonnadi menambahkan bahwa LAMR saat ini berada di garis depan dalam memperjuangkan keinginan luhur masyarakat Riau agar budaya dan jati diri Melayu mendapat pengakuan dan perlindungan yang lebih kuat secara hukum dan politik.

Training ini tidak hanya memperkuat kapasitas kepemimpinan para mahasiswa, tetapi juga membuka ruang bagi generasi muda untuk memahami pentingnya memperjuangkan identitas daerah. Dengan keterlibatan aktif mahasiswa dalam isu-isu strategis seperti DIR, harapan untuk masa depan Riau yang lebih berdaulat secara budaya semakin terbuka.