
Budaya Melayu Harus Dirawat, Gubri: Melindungi Tuah, Menjaga Marwah Jadi Filosofi Pembangunan Riau
PEKANBARU – Gubernur Riau (Gubri) Abdul Wahid menegaskan pentingnya menjaga dan melestarikan budaya Melayu sebagai identitas daerah yang tak boleh ditinggalkan dalam setiap langkah pembangunan.
Hal ini disampaikannya di sela peresmian Jembatan Duplikat Sei Masjid Kota Dumai Kamis (21/4/2025). Ia juga menerangkan tentang filosofi "Melindungi Tuah, Menjaga Marwah”.
Menurut Wahid, pembangunan di Riau tak hanya fokus pada sektor fisik dan ekonomi, tetapi juga harus berpijak pada nilai-nilai budaya lokal sebagai akar jati diri masyarakat.
"Kita tidak boleh tercabut dari identitas Melayu. Ini bukan soal rasis, tapi tentang budaya yang harus kita rawat dan lestarikan dari zaman ke zaman," tegas Wahid.
Ia menjelaskan bahwa dalam falsafah masyarakat Melayu, “tuah” berarti keberkahan, kesejahteraan, dan potensi kemajuan yang harus dijaga dan dilindungi.
Sementara “marwah” bermakna kehormatan dan martabat yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
"Dalam budaya Melayu, tuah bermakna keberkahan, kesejahteraan, dan potensi kemajuan yang harus dijaga dan dilindungi. Masyarakat Melayu Riau sangat menjunjung tinggi marwah, yang berarti kehormatan dan martabat. Inilah yang menjadi dasar filosofi pembangunan kita," jelasnya.
Ia juga menyampaikan kekhawatiran terhadap budaya Melayu yang perlahan mulai tergerus oleh perkembangan zaman dan modernisasi. Karena itu, Wahid menegaskan komitmennya untuk memperkuat peran budaya dalam kebijakan publik.
"Saya tidak mau budaya Melayu tergerus. Kita harus hadirkan budaya ini dalam pendidikan, pelayanan publik, hingga pembangunan fisik agar nilai-nilai ini tetap hidup," ujarnya.
(Mediacenter Riau/bts)