JAKARTA - Staf Ahli Menteri Keuangan RI Made Arya Wijaya mengatakan bahwa meskipun terjadi eskalasi risiko ketidakpastian global, kinerja perekonomian Indonesia di Tahun 2022 masih positif.

Made menyebutkan, ekonomi Indonesia mampu tumbuh di atas 5 persen dalam 4 kuartal terakhir, bahkan tumbuh hingga 5,72 persen di triwulan tiga tahun 2022.

Selain itu, laju inflasi Indonesia pada November 2022 berada pada level 5,4 persen, jauh lebih moderat dibandingkan negara-negara lain.

Disisi lain, neraca perdagangan bertahan surplus dalam 30 bulan berturut-turut, serta indeks PMI tetap ekspansif dalam 14 bulan terakhir.

"Walaupun begitu, tetap perlu dicermati," ujarnya, saat memberikan kata sambutan dalam acara dialog pakar dengan tema peran APBN dalam rangka pemulihan ekonomi dan antisipasi resesi 2023, di Jakarta, Senin (12/12/22).

Staf Ahli Menteri Keuangan RI menyebutkan, kinerja positif perekonomian Indonesia tidak lepas dari peran APBN yang berperan sebagai shock absorber untuk melindungi perekonomian dan masyarakat terhadap dampak risiko ketidakpastian global tersebut.

Made mengungkapkan, APBN berperan untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional, dengan menjaga tingkat inflasi dan menjaga daya beli masyarakat sehingga dapat mempertahankan momentum pemulihan ekonomi nasional.

Namun sebutnya, tantangan ke depan terutama di tahun 2023 akan lebih berat lagi, di satu sisi konsolidasi fiskal harus dilakukan dan defisit APBN harus kembali ke tiga persen Produk Domestik Bruto (PDB), sebagaimana yang dimandankan oleh undang-undang keuangan negara.

Sedangkan di sisi lain APBN digunakan sebagai instrumen sock absorber guna memitigasi resiko terjadi nya resesi dunia.

"Sehingga dapat dibayangkan betapa berat tantangan bagi pemerintah di tahun depan terkait kebijakan fiskal kita," ujarnya.