PEKANBARU- Menurut data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka stunting di Provinsi Riau menurun menjadi 17,0 persen dibandingkan tahun 2021 yakni 22,3 persen.  

Upaya pencegahan dan penurunan angka anak kerdil atau stunting di Indonesia bukan hanya menjadi urusan pemerintah semata. Seluruh elemen bangsa harus terlibat dan berperan aktif dalam memerangi stunting di Indonesia, termasuk organisasi. 

Wakil Gubernur Riau (Wagubri) Edy Natar Nasution berharap Srikandi Pemuda Pancasila (PP) Provinsi Riau juga tidak menutup mata dan telinga dengan persoalan stunting yang ada di Bumi Lancang Kuning. 

Sebagai organisasi yang berdiri di Provinsi Riau, Edy Nasution menginginkan agar dapat memberikan kontribusi untuk daerah dan masyarakat. Sehingga keberadaan suatu organisasi tersebut bisa dirasakan manfaatnya. 

"Keanggotaan Srikandi PP Provinsi Riau diisi oleh berbagai latar belakang, sehingga anggotanya bisa mengambil peran sesuai keahlian, dan dengan begitu keberadaannya bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat," jelas Wagubri saat melakukan audiensi dengan Srikandi PP Provinsi Riau, di rumah dinas Wagubri, Jumat(20/10/2023). 

Wagubri juga mendorong organisasi yang didominasi kaum perempuan ini agar menjalin komunikasi dengan banyak pihak termasuk instansi pemerintah, sehingga dapat membantu program pemerintah, salah satunya penurunan angka stunting. 

Ketua Srikandi PP Provinsi Riau, Yuswita Usman mengaku siap berkolaborasi dan mendukung program pemerintah. 

"Kami siap mendukung program pemerintah. Untuk persoalan stunting kami akan berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Riau, sehingga harapan kita penurunan angka stunting di Riau bisa terwujud," pungkas Yuswita. 

Diinformasikan, Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa target penurunan angka gagal tumbuh atau stunting sebesar 14 persen harus dapat dicapai pada tahun 2024 mendatang. 

Menurut Presiden, stunting masih menjadi masalah besar yang harus segera diselesaikan di tanah air. Apalagi stunting dapat memengaruhi kualitas sumber daya manusia sebuah negara, bukan hanya berdampak kepada kondisi fisik anak, melainkan juga kesehatan hingga kemampuan berpikir anak.